Memberi waktu persiapan bagi tuan rumah
Tuan rumah piala dunia selalu berganti-ganti. Beberapa tahun sebelum penyelenggaraannya, biasanya FIFA akan mengumumkan siapa tuan rumah piala dunia berikutnya. Idealnya, 211 negara yang tergabung di FIFA berhak menjadi tuan rumah piala dunia.
Bagaimana pun, sebuah negara yang menjadi tuan rumah akan mendapatkan berbagai keuntungan. Mulai dari mendatangkan banyak turis asing, meningkatkan perekonomian, mempercepat pembangunan, hingga meningkatkan kualitas sepak bola negara tersebut.
Setiap tuan rumah pasti membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyiapkan segala kebutuhan dengan sangat matang. Misalnya, membangun stadion, hotel, jalan, rumah sakit, bandara, dan infrastruktur penunjang lainnya.
Pembangunan tersebut juga harus sesuai standar FIFA, sehingga butuh waktu dan anggaran yang tidak sedikit. Bahkan, Qatar menggelontorkan dana sebesar Rp62 triliun hanya untuk membangun 8 stadion. Jika ditotal dari seluruh biaya yang dikeluarkan untuk piala dunia, Qatar menghabiskan sebesar Rp3,4 kuadriliun.
Biaya tersebut menjadikan Piala Dunia Qatar 2022 sebagai yang termahal sepanjang sejarah.
Baca Juga: Jadwal Penyisihan Grup Piala Dunia Qatar 2022, Catat Ya!
Ada usulan supaya diadakan setiap dua tahun sekali
Kenapa Piala Dunia 4 tahun sekali? Perlu diketahui, ternyata pernah ada usulan untuk menyelenggarakan piala dunia setiap dua tahun sekali. Pendapat itu disampaikan oleh Arsene Wenger, mantan pelatih Arsenal pada tahun 2021 lalu.
Menurutnya, jika piala dunia dilakukan setiap dua tahun sekali, para pemain bisa lebih berkesempatan untuk memenangkan trofi bergengsi tersebut. Wenger juga berpendapat kalau piala dunia setiap dua tahun akan menghasilkan pertandingan-pertandingan yang lebih berkualitas.
FIFA pun menimbang-nimbang pendapat Wenger tersebut. Bahkan, FIFA sempat mengadakan pertemuan dengan enam konfederasi sepak bola di seluruh dunia untuk membahas hal tersebut.
Namun, banyak pihak menolak mentah-mentah usulan tersebut. Klub-klub Eropa berpendapat kalau piala dunia diadakan setiap dua tahun, fisik para pemain akan terganggu dan jadwal kompetisi yang sudah tersusun pun akan kacau.
Selain itu, banyak publik pencinta sepak bola yang menentang ide tersebut karena bagi mereka piala dunia adalah kejuaraan eksklusif yang tidak bisa diubah dengan mudah.
Tradisi panjang piala dunia
Buat kamu yang bertanya-tanya kenapa Piala Dunia 4 tahun sekali, alasan pertamanya adalah karena tradisi panjang sejak piala dunia pertama kali digelar, yaitu tahun 1930 di Uruguay.
Saat itu, hanya ada 13 timnas yang mengikuti ajang tersebut karena transportasi yang sulit dan terbatas. Namun, piala dunia berikutnya sudah diisi oleh lebih banyak tim dengan suporter setiap negara yang ikut menonton ke stadion.
Piala dunia menjadi sebuah ajang yang dinanti-nanti seluruh penggemar sepak bola. Mereka bisa bertemu dengan suporter dari negara lain dengan latar belakang ras dan budaya yang berbeda. Lalu, tentunya mendukung tim nasional negaranya berjuang.
Makanya, tradisi panjang tersebut tidak bisa dengan mudah diubah begitu saja.
Menjaga eksklusivitas
Selain itu, piala dunia sudah dianggap sebagai ajang yang punya eksklusivitasnya tersendiri. Banyak pencinta sepak bola di dunia menanti-nanti setiap empat tahun untuk bisa menyaksikan langsung kesebelasan negaranya bermain di piala dunia.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Oleh sebab itu, jika piala dunia diselenggarakan setiap dua tahun, maka lama kelamaan bisa menurunkan semangat dan animo masyarakat dari setiap negara karena terlalu sering diadakan.
Empat tahun merupakan rentang waktu yang pas bagi penggemar sepak bola untuk melepas rindu kepada tim nasional negaranya berlaga di piala dunia.
Baca Juga: Jadwal Lengkap Pertandingan Piala Dunia Qatar 2022 hingga Partai Final
Liputan6.com, Jakarta Google Assistant telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan hanya mengucapkan kata-kata, kita dapat melakukan berbagai hal seperti mencari informasi, memutar musik, mengatur alarm, atau bahkan bercakap-cakap seperti dengan teman. Namun, semakin banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada Google Assistant, termasuk pertanyaan mengejek seperti "Google apakah kamu bodoh?" mungkin membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah sebenarnya Google itu bodoh atau tidak.
Sebagai asisten suara yang dikembangkan oleh Google, Google Assistant didesain untuk menjadi cerdas dan bertindak sebagai "pembantu" pengguna. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, Google Assistant menggunakan kecerdasan buatan dan memanfaatkan teknologi pemrosesan bahasa alami. Dengan begitu, Google Assistant mampu memahami dan memberikan respons yang relevan terhadap pertanyaan yang diajukan.
Mengingat kemampuan canggih yang dimiliki oleh Google Assistant, maka jawaban atas pertanyaan "Google apakah kamu bodoh?" adalah tidak. Google Assistant bukanlah entitas yang memiliki kesadaran atau kepintaran, melainkan hanya sebuah program dan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Walaupun Google Assistant mungkin tidak selalu memiliki jawaban yang tepat atau menyediakan informasi yang diinginkan oleh pengguna, hal tersebut bukanlah karena Google bodoh, melainkan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kesalahan dalam pemahaman pertanyaan atau keterbatasan data yang tersedia.
Jadi, walaupun kita dapat memberikan pertanyaan mengejek seperti "Google apakah kamu bodoh?" kepada Google Assistant, tetapi sebenarnya tidak ada alasan untuk menganggap Google bodoh. Melalui pengembangan teknologi dan pembaruan yang terus dilakukan oleh tim Google, Google Assistant tetap menjadi salah satu asisten suara tercanggih yang dapat membantu kita dalam menjawab berbagai pertanyaan dan memberikan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, justru ada kecurigaan bahwa justru Google membuat manusia semakin bodoh. Bagaimana hal itu terjadi, benarkan demikian? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (26/3/2024).
Google baru saja merilis Gemini, model kecerdasan buatan (AI) terbaru yang menjadi saingan ChatGPT. Meskipun sebelumnya ada laporan tentang penundaan peluncuran, kini Gemini sudah tersedia dan dapat digunakan.
Wir verwenden Cookies und Daten, um
Wenn Sie „Alle akzeptieren“ auswählen, verwenden wir Cookies und Daten auch, um
Wenn Sie „Alle ablehnen“ auswählen, verwenden wir Cookies nicht für diese zusätzlichen Zwecke.
Nicht personalisierte Inhalte und Werbung werden u. a. von Inhalten, die Sie sich gerade ansehen, und Ihrem Standort beeinflusst (welche Werbung Sie sehen, basiert auf Ihrem ungefähren Standort). Personalisierte Inhalte und Werbung können auch Videoempfehlungen, eine individuelle YouTube-Startseite und individuelle Werbung enthalten, die auf früheren Aktivitäten wie auf YouTube angesehenen Videos und Suchanfragen auf YouTube beruhen. Sofern relevant, verwenden wir Cookies und Daten außerdem, um Inhalte und Werbung altersgerecht zu gestalten.
Wählen Sie „Weitere Optionen“ aus, um sich zusätzliche Informationen anzusehen, einschließlich Details zum Verwalten Ihrer Datenschutzeinstellungen. Sie können auch jederzeit g.co/privacytools besuchen.
Kirim masukan terkait...
Pusat Bantuan Penelusuran
Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.
Piala dunia menjadi salah satu ajang olahraga bergengsi yang selalu ditunggu oleh publik sepak bola di seluruh penjuru dunia. Piala dunia selalu disambut dengan sukacita, khususnya bagi negara yang ditunjuk menjadi tuan rumah piala dunia setiap empat tahun.
Namun, kamu pernah kepikiran gak sih kenapa Piala Dunia 4 tahun sekali? Kenapa gak diselenggarakan setiap 2 tahun atau bahkan setiap tahun? Ternyata ada beberapa alasannya, lho! Penasaran? Cari tahu penjelasan lengkapnya di artikel ini, ya!
Proses kualifikasi yang panjang
Alasan kenapa Piala Dunia 4 tahun sekali yang terakhir adalah proses kualifikasi yang memakan waktu lama. Sebab setiap timnas di seluruh dunia pasti ingin bermain di piala dunia, tetapi hanya tersedia 32 slot negara pada satu kali piala dunia.
Maka dari itu, 211 negara anggota FIFA harus berebut 32 tempat untuk menuju piala dunia. 211 negara tersebut tersebar di enam zona konfederasi, yaitu UEFA (Eropa), CONCACAF (Amerika Utara), CONMEBOL (Amerika Selatan), AFC (Asia), CAF (Afrika), dan OFC (Oseania).
Biasanya, setiap zona akan menyumbang perwakilan untuk bermain di piala dunia. Namun, hal itu tidak selalu terjadi. Misalnya, zona OFC tidak mengirimkan perwakilannya pada Piala Dunia Qatar 2022 karena berkaitan dengan situasi pandemi COVID-19.
Terlepas dari itu, perebutan 32 slot oleh 211 negara tersebut disebut dengan babak kualifikasi piala dunia. Hanya 32 tim yang bisa melewati babak kualifikasi dan berlaga di piala dunia.
Nah, demikianlah penjelasan kenapa Piala Dunia 4 tahun sekali. Kira-kira kapan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia, ya?
Baca Juga: Daftar Skuad Resmi 32 Negara Peserta Piala Dunia Qatar 2022, Lengkap!